Kejadian DI Angkot 2

Diberi kesempatan seperti ini, tentu saja tidak disia-siakan oleh Dadan. Pelan namun pasti, tangannya mulai bergerak ke arah payudaraku yang sudah tanpa penutup apa-apa lagi. Pertama-tama tangannya yang kasar hanya menempel di permukaan payudaraku saja, tetapi semakin lama dia semakin berani. Mulai dari memegang dan memilin-milin putingku yang berwarna coklat, hingga meraba dan meremas seluruh permukaan payudaraku. 

Namun yang membuatku terkejut, tidak lama setelah itu tangannya berganti dengan mulutnya. Lidahnya menempel di putingku. Terasa geli bercampur dengan nikmat, apalagi saat putingku disedot olehnya. Sepertinya Dadan sudah terbiasa melakukan hal ini dengan pacarnya. Eman yang tidak mau ketinggalan dengan temannya, bergantian untuk berciuman denganku. 

Bibirnya yang tebal itu mulai melumat habis bibirku. Tetapi perlu diakui kalau ternyata lebih enak berciuman dengan Eman dibandingkan dengan Dadan, karena dia terlihat lebih ahli. Selagi aku melayani dua orang ini, ternyata Ujang yang tadinya kupikir tidak mau ikut-ikutan karena masih terlalu kecil, mulai mengelus-elus seluruh bagian tubuhku yang lain dari arah belakang. “Teh Tita… Dileupas atuh calananya…” bisik Ujang di telingaku yang benar-benar membuatku terkesima sesaat. “Kirain si Ujang masih polos… Taunya sama juga…” aku berkata dalam hati. Dengan perlahan-lahan aku menaikkan pantat untuk memudahkanku membuka celana panjang. Dengan tidak sabaran Ujang pindah ke depan, kemudian dia ikut membantuku membuka celana panjang beserta celana dalam milikku lalu melemparnya cukup jauh. 

Kini hanya tinggal jam tanganku saja yang masih tersisa. Namun kelihatannya hal tersebut tidak menjadi masalah, karena bagian lain dari tubuhku yang putih mulus sudah terpampang jelas di depan ketiga anak jalanan ini. “Teh Tita beuki geulis lamun taranjang… Hehehe…” kata Eman sambil tertawa melecehkan. “Bodas pisan euy awakna Teh Tita…!! Jadi beuki mangkrang ieu…!!” Dadan ikut menimpali. Tawa dan ejekan nakal mereka karena pada akhirnya dapat menyaksikan tubuhku yang dalam keadaan polos tidak membuatku marah. Hal tersebut justru menyebabkan aku semakin menginginkan mereka bertiga menikmati tubuhku lebih jauh lagi dari yang sebelumnya. “Kalian juga telanjang dong…” aku menantang mereka supaya ikut melepaskan pakaian. 

Dengan segera, mereka semua membuka pakaian lusuh yang menempel di tubuh mereka. Yang terjadi selanjutnya bener-bener membuatku terkesima, yaitu aku melihat kalau ukuran penis milik mereka bertiga cukup besar untuk anak seusia mereka. Memang tidak sepanjang penis milik adikku, namun diameternya lebih besar dan berwarna lebih hitam. Paling hanya milik Ujang saja yang masih seperti penis anak-anak, kira-kira hanya mencapai 12 cm saja dengan bulu-bulu kemaluan yang masih baru tumbuh. Setelah kami semua sudah dalam keadaan telanjang, permainan pun dilanjutkan. 

Anak-anak berusia tanggung tersebut mulai mengerayangi tubuhku lagi. “Teh Tita cicing wae nya… Antep urang tiluan nu puaskeun…” perintah Dadan kepadaku. Aku hanya dapat mengangguk lemah. Seolah sudah mendapatkan persetujuan dariku untuk berbuat apapun, tiba-tiba Dadan langsung merebahkanku hingga aku kembali ke posisi tiduran. Dadan mengangkat kaki sebelah kananku lalu dia taruh di pundak kirinya. Kemudian tangannya langsung meraba-raba bibir vaginaku yang mulai basah sambil jari telunjuknya mencoba untuk masuk. Sesekali jari-jarinya bergerak ke atas dan bawah menelusuri lembah kenikmatan milikku. Tidak cukup puas hanya memainkan vaginaku saja, mulut Dadan lalu menghisap pelan puting payudaraku.

Perlakuan Dadan membuat aku semakin merasa terbang saja. Semakin lama tangan Dadan yang menempel di vaginaku bergerak semakin liar, jari-jarinya dengan cekatan memainkan klitorisku. “Mmmmmhh… Aaaaaaaaaaah…” aku sudah tidak dapat lagi menahan desahanku akibat permainan Dadan. Melihat temannya yang sudah kembali menikmati tubuhku, Eman sepertinya juga sudah tidak tahan lagi untuk ikut mencicipinya. Dia mengambil posisi jongkok di sebelah Dadan, kemudian Eman meminta Dadan untuk menggeser posisinya agar dia juga dapat menikmati vaginaku. 

Namun ketika aku mengira Eman akan menggunakan jari-jarinya juga, dia malah mencium dan menjilati vaginaku yang sudah semakin basah. Melihat vaginaku yang tidak berbulu dan sudah dalam keadaan basah pasti membuat Eman tidak tahan untuk menikmatinya dengan mulut. “Aaaaaahhh… Ooouuuuhhh… Aaaaaaaaahhh…!!” aku mengerang saat lidah hangat Eman menjilati belahan vaginaku serta mencoba untuk masuk. Lidah Eman mulai bermain lebih cepat di bibir vaginaku, kurasakan nafasnya berhembus di vaginaku disusul sapuan lidahnya pada bibir vaginaku yang menyebabkan tubuhku menggelinjang nikmat. “Aaaaaaaaahh…!! Te-teruuss Maaaan!! E-enaaaaak…!! I-iyaaaaahhh…!!” erangku ketika Eman dengan nakal menyedot klitorisku dan menyeruput cairan cintaku yang keluar semakin banyak. Sementara itu jari milik Dadan juga masih bermain di klitorisku. Sungguh perasaan yang luar biasa nikmat. 

Tubuhku sampai bergerak-gerak semakin tidak beraturan karena menikmati yang dilakukan oleh mereka berdua. Karena penasaran dengan yang mereka berdua lakukan, dengan sengaja aku mengangkat tubuhku lalu bertumpu pada kedua siku tanganku, sehingga kini aku dapat melihat lebih jelas wajah Eman dan Dadan yang penuh nafsu saat melumat vagina dan payudaraku. Setelah sekitar 15 menit mereka berdua memainkan payudara serta vaginaku, aku mulai merasa sedikit lagi akan mencapai orgasme.

“Ooouuugghhhh… Teruuuuussss… …!! Teteeeeeeh mauuuu keluaaaaaaar…!!!” aku mengerang kencang dengan badan melengkung ke belakang ketika akhirnya aku merasakan orgasme yang luar biasa. Kami bertiga saling bertatapan dengan senyum penuh arti, kemudian dengan bergantian Dadan dan Eman melumat bibirku dengan mesra. “Jang…! Ulah cicing wae… Hayu milu atuh…!” ajak Dadan ketika sadar kalau dari tadi Ujang hanya berdiam diri saja. “Lain kitu Kang… Ujang dagoan Kang Dadan jeung Kang Eman nganggeuskeun ngaletak henceut Teh Tita…” kata Ujang. 

Aku yang tadinya juga heran kenapa Ujang tidak ikut menikmati tubuhku, akhirnya dapat mengerti kalau ternyata dia tidak ingin berebut dengan teman-temannya untuk bermain di vaginaku. “Hahahaha… Aya-aya wae si Ujang… Hayu lah kadieu…!” panggil Dadan sambil terus tertawa. Dengan wajah senang Ujang mendekati vaginaku yang memang menjadi incarannya. Pertama-tama dia meraba dan mengelus pahaku yang begitu halus dan putih. 

Aku menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuh. Selanjutnya mulut Ujang mendekati kakiku, kemudian diciumi dan dijilatinya kedua paha mulusku secara bergantian hingga menuju ke atas. ‘Sluuurp… Sluuuuurppp…’ terdengar olehku bunyi jilatan Ujang ketika lidahnya sudah berada di kemaluanku yang masih sangat basah akibat perlakuan dua temannya. “Hmmmmm… Ujaaaaang… Aaaaaahh…” sungguh hal tersebut membuatku mendesah lemah. Sementara itu Dadan dan Eman yang sudah puas menikmati kemaluanku, mulai menjelajahi tubuh bagian atasku. 

Tangan-tangan kasar mereka tidak henti-hentinya menjamahi tubuhku. Sepertinya tidak ada satu pun bagian tubuh milikku yang ingin dilewatkan oleh mereka. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan mereka bertiga meremas-remas kedua payudaraku, memilin-milin putingku serta menjilati vaginaku. Mendapat serangan dari atas dan bawah oleh tiga orang sekaligus, tubuhku semakin menggeliat-geliat dengan liarnya. “Ooohhhh… Ssssshhhhh… Aaaagghhhh…” aku melenguh menikmatinya. “Sluuuurrpp… Seungit pisan euy henceut Teh Tita… Sluuuurp…” gumam Ujang sambil terus menjilati dan menghisap-hisap vaginaku. “Awaknya oge seungit…! Pinareupnya sanajan leutik tapi ngeunahkeun…!!” Dadan ikut berkomentar selagi mulutnya berhenti menghisap payudaraku namun digantikan oleh remasan-remasan tangannya. 

Sementara itu bibir dan lidah Eman mulai bergerilya dari mulutku untuk kemudian menciumi telinga, tengkuk serta leherku. Di saat bersamaan, Ujang semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tetapi sekarang jari-jari tangannya mulai bermain di lubang kemaluanku. Pertama hanya jari tengahnya saja yang Ujang masukkan ke dalam lubang vaginaku dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknya pun ikut keluar masuk yang membuat vagina itu semakin basah oleh cairan kenikmatan milikku. “Uuuuuhh… Aaaaaahhh… Oouuuuuhhh…” desahan dan lenguhanku semakin menjadi-jadi. Mendengar aku mendesah-desah keenakan, jari Ujang mulai mempermainkan klitorisku. Dia menggosok-gosokkan jari dan lidahnya pada daging kecil yang sensitif itu. Tubuhku sampai bergetar ketika merasakan sapuan lidahnya pada klitorisku. Pijatan lembut telunjuk dan ibu jarinya pada klitorisku membuat pinggulku meggeliat-geliat. 

Tubuhku semakin menggelinjang karena kelihatannya aku akan segera mencapai puncak kenikmatan. “Ooohh… Ujaaaaaaang!!!” desahku sambil kedua tanganku meremas-remas rambut Ujang, sementara kepalaku bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak sampai satu menit kemudian, tubuhku akhirnya mulai mengejang-ejang karena tidak tahan lagi menerima rangsangan yang terus-menerus datang. Aku pun semakin merapatkan kepala anak itu ke arah vaginaku. Rupanya walaupun usia Ujang masih sangat muda, namun dia mengerti bahwa aku sudah ingin mencapai puncak. Dihisapnya vaginaku kuat-kuat serta ujung lidahnya dengan cepat menjilati bagian dalam kewanitaanku. “Aaaaaaaaaaaaaakh…!!” teriakku tidak tertahankan dengan tubuh menggeliat-geliat ketika akhirnya aku mencapai orgasme yang kedua kalinya. Bagaikan sedang menikmati buah yang manis, Ujang terus menyeruput cairan yang ada di seputar kemaluanku tanpa merasa jijik. Tentu saja hal ini membuatku menggelinjang tiada henti. Setelah puas mencicipi cairan kemaluanku, Ujang menengadah dan menatapku lalu berkata “Rasanya kareueut pisan Teh…!” “Teh… Urang tos teu kiat hoyong ngewe jeung Teteh…” tanya Dadan dengan terus terang.

Sebenarnya tubuhku masih lemas, namun aku juga sudah tidak sabaran ingin merasakan vaginaku ditusuk bergantian oleh penis mereka bertiga. Lagipula aku tidak mau membuang-buang waktu untuk berlama-lama di tempat ini. “Ya udah… Tapi ganti-gantian yah…” kataku menyanggupi permintaan mereka karena sudah dalam keadaan sangat terangsang. “Se-serius Teh?” tanya Dadan meyakinkan pendengarannya. Aku tidak menjawab pertanyaannya, namun hanya melemparkan senyum menggoda. Dapat aku lihat juga mata Dadan dan teman-temannya yang terbelalak mendengar perkataanku. Kelihatannya tidak satupun dari mereka bertiga yang menyangka kalau dengan mudahnya kata-kata itu akan meluncur dari mulut perempuan sepertiku. 

Mungkin kalau sekedar melakukan hal seperti tadi mereka masih bisa mengerti, tetapi pasti tidak pernah terbayang di pikiran mereka kalau aku sampai mau diajak bersetubuh. “Aing kahiji nya Dan… Enggeus teu sabar…” pinta Eman kepada Dadan dengan tidak sabaran. “Sok lah…” jawab Dadan. Mungkin sebenarnya Dadan sudah tidak tahan lagi untuk segera menyetubuhiku, namun karena dia berpikir nanti juga akan kebagian, maka dia mempersilahkan Eman untuk mendapat giliran yang pertama. 

Aku hanya bisa diam dan menurut saja. Apalagi aku juga sudah penasaran untuk dapat merasakan penis Eman yang berwarna hitam dan berukuran paling panjang dibandingkan dengan yang lain. Begitu mendapatkan persetujuan dari temannya, kakiku langsung dilebarkannya. “Ooooooohhh… Pelaaan-pelaaaaaan Maaan…!! Jangaaaaan dipaksaiiin…!!” pintaku karena vaginaku terasa sakit ketika Eman dengan kasar menekan penisnya masuk. 

Kelihatannya Eman memang cenderung kasar dalam bercinta yang tentu saja berlawanan dengan Dadan yang lebih lembut. Penis Eman membuat vaginaku yang sempit mulai melebar mengikuti ukuran penisnya yang lumayan besar, sehingga saat ini aku mulai dapat menikmati permainan kasarnya. “Eleuh-eleuh… Heureut pisan euy henceutnya Teh Tita…!!” teriak Eman yang disambut gelak tawa teman-temannya. Seolah tidak mau melihat ke arah Eman, aku pun memalingkan wajahku ke arah kanan. 

Namun jujur saja aku sungguh menikmati penisnya yang mulai masuk semakin dalam, apalagi Eman juga mulai meremas-remas payudaraku. Ketika sedang menikmati hujaman penis Eman saat sudah masuk seluruhnya, tiba-tiba di depan wajahku sudah ada sebuah penis yang berukuran lebih kecil. Dengan rasa penasaran aku melihat ke arah atas, dan ternyata penis tersebut adalah milik Ujang. “Kenyotin kanjut urang nya Teh…” kata Ujang minta penisnya supaya dihisap olehku. Karena sudah sangat terangsang, tanpa ragu lagi aku membuka mulut dan menelan benda kecil namun keras milik Ujang. Mulailah aku mempraktekkan teknik oralku padanya. Pertama-tama aku mulai dari kepala penisnya dulu, bagian itu kujilati dan kuemut-emut sambil tanganku mengocok pelan batangnya. Kemudian dengan perlahan aku menjilati batang penisnya menggunakan lidahku yang lembut. 

“Uuggghh… Ngeunaaah pisaaan kenyotaaan Teh Titaaa…!!” komentar Ujang sembari meremas rambut tebalku. Kepalaku mulai naik-turun mengemuti penisnya yang semakin mengeras saja. Tubuh Ujang pun langsung gemetar. Kelihatannya dia sangat menikmati jilatanku barusan. Tetapi tentu saja aku tidak bisa berkonsentrasi untuk menghisap penis Ujang, karena Eman semakin kencang memompa vaginaku. Terkadang aku merasa ada sedikit cairan spermanya yang keluar di dalam vaginaku. 

Belum lagi remasan-remasan tangan Eman pada payudaraku yang membuatku semakin melayang. Tanpa perlu diundang olehku sekarang Dadan juga ikut-ikutan, dia duduk di sebelah kiriku kemudian menghisap puting payudaraku yang sudah mencuat keluar. Berarti saat ini ada tiga orang yang mengerubutiku. Yang pasti semua orang di dalam ruangan ini, termasuk aku, sedang merasa keenakan.

Subscribe to receive free email updates: